Saya masih ingat saat di bangku kuliah
di ajarkan penting nya ETIKA dalan berbisnis atau berkegiatan. Saya sempat
bingung kenapa Etika harus di bahas secara khusus sebab setahu saya semua yang
dibahas dalam pembahasan etika adalah sesuatu yang wajar, sesuai akal sehat sehingga seharusnya
sudah dilakukan semua orang khususnya pelaku bisnis. Namun sejalan dengan
bertambahnya pengalaman saya bekerja maka saya menyadari bahwa ternyata asumsi saya
tidak sepenuhnya benar.
Ternyata benar masih ada saja pelaku
bisnis (oknum) yang belum bisa mengendalikan diri atau bahkan bangga melakukan
hal-hal yang tidak etis, yang merugikan orang lain, yang bertentangan dengan
ajaran moral, yang bertentangan dengan norma yang berlaku di masyarakat, yang bertentangan
dengan kode etik profesi, bahkan kadang juga melakukan hal-hal yang berlawanan
dengan hukum.
Beberapa perbuatan yang tidak benar
yang sering saya temukan dalam kunjungan lapangan saya ke pasar becek atau toko
retail modern yang menurut saya kurang etis antara lain (tidak terbatas pada
contoh dibawah ini):
1. Dengan sengaja menggeser atau
merusak materi promosi produk orang lain yang sudah terpasang atau tertata secara
baik.
2. Menutupi materi promosi produk lain
yang masih bagus dengan materi promosi produk oknum yang tidak etis padahal
materi promosi produk lain tersebut masih bagus atau masih relevan.
3. Menempel materi promosi di tempat2
yang tidak seharusnya seperti di batang pohon, di tembok atau pagar orang lain,
di fasilitas umum.
4. Dengan sengaja merusak produk orang
lain dengan tujuan merusak citra produk orang lain agar konsumen nya merasa
kecewa dengan kualitas produk orang lain.
5. Menyebarkan cerita palsu dengan
tujuan menjelekan produk orang lain atau
membohongi konsumen tentang kualitas produknya sendiri.
Melalui
artikel ini saya mengajak para insan promosi maupun
penjualan dan pemasar untuk lebih menghargai diri dan produk sendiri dengan juga
menghargai produk orang lain. Janganlah kita berusaha mengukir sukses dengan secara
sadar mencelakakan atau merugikan orang lain.
Secara khusus saya mengajak para
pemimpin organisasi untuk berusaha memastikan agar tim yang dipimpinnya tidak
melakukan tindakan yang salah seperti yang saya sampaikan di atas dengan
terlebih dulu memastikan bahwa dirinya sendiri sebagai seorang pemimpin tidak
melakukan kesalahan apalagi mengajak anggotanya melakukan kesalahan-kesalahan
yang saya sebutkan di atas.
Kita harus fokus pada kekuatan produk kita sendiri dan bukannya
menjelekkan atau merusak produk orang lain agar produk kita dinilai lebih
unggul oleh konsumen. Ingat bahwa orang lain juga mau berhasil dan memiliki
keluarga yang harus di santuni. Mari kita
bersaing secara ‘fair’ dengan mengandalkan kekuatan produk maupun jaringan kita
sendiri.
Jangan lupa bahwa tidak ada yang abadi
dalam hidup apalagi pekerjaan. Mari kita
semua mengadopsi prinsip: produk boleh bersaing secara fair namun kita selaku
personilnya harus tetap bersahabat dengan para penanggung jawab produk pesaing.
Ingat: orang lain juga perlu mengukir prestasi seperti halnya kita sendiri.
Orang lain juga perlu meningkatkan kesejahteraan orang-orang yang di kasihinya.
Mari kita melakukan hal yang benar secara benar dan dengan motif
yang benar agar setiap keberhasilan kita menjadi keberhasilan yang membanggakan
dan langgeng. Sebab hanya dengan proses yang benar maka suatu keberhasilan bisa
di pertahankan untuk waktu yang lebih panjang.
Sebagai
penutup saya harus mengatakan bahwa saya sangat bangga dengan perilaku sebagian besar
insan pemasaran dan penjualan di beberapa kota besar di Indonesia yang sudah
menunjukkan 'kedewasaan' dalam beraktifitas dengan berpegang pada etika
berpromosi sehingga patut di acungi jempol.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar