Kegiatan Aktifasi Perlu Atensi Khusus

Saya perhatikan banyak manajer di bagian pemasaran (Brand Manager, Product Manager, Marketing manager atau apapun nama jabatannya) cenderung lebih menyibukkan diri dengan perencanaan kerja dibelakang meja atau duduk manis di kantornya membaca laporan atau menyusun rencana kerja NAMUN belum banyak yang memberi perhatian serius terhadap persiapan dan pengontrolan sisi implementasinya.

Meski menyadari nilai investasi untuk kegiatan aktifasi tidaklah sedikit, banyak manajer di bidang pemasaran yang berargumen bahwa pelaksanaan program aktifasi adalah tugas orang atau fungsi lainnya di organisasi atau sudah di percayakan ke Event Organizer. Banyak yang merasa tidak perlu terlibat langsung untuk memastikan implementasi program aktifasi secara baik sehingga banyak kegiatan aktifasi yang tidak memberi manfaat maksimal buat organisasi.

Saya banyak melihat kegiatan aktifasi yang memiliki konsep yang baik tetapi tidak mampu dilaksanakan dgn baik oleh para penanggung jawab lapangannya. Hal ini antara lain karena:

(1) Adanya jurang komunikasi antara perencana kegiatan dan pelaksananya. Keterbatasan pengetahuan lapangan penyusun rencana kegiatan bisa berakibat fatal. Untuk memastikan perencanaan bisa di implementasikan dengan baik sebaiknya perencana melibatkan mereka yang akan bertanggung jawab untuk pelaksanaannya.  Pembuat rencana harus terjun langsung melakukan pengecekan ke lokasi dimana kegiatan direncanakan akan berlangsung agar ide-ide atau kegiatan yang di rencanakan menjadi kegiatan yang memang bisa di eksekusi. Komunikasi dua arah antara penyusun rencana dan pelaksana juga sangatlah penting agar semua memiliki informasi yang lengkap dan memungkinkan hasil yang maksimal karena semua yang terlibat memiliki informasi yang lebih lengkap untuk bekal memberikan kontribusi.
 
(2) Salah memilih SDM atau Event Organizer pelaksana. Pelaksana lapangannya tidak memiliki sikap mental yang tepat, tidak memiliki cukup pengetahuan maupun kompetensi untuk mengamankan kegiatan yang dipercayakan kepadanya. Lebih buruk lagi bila pelaksananya  sekedar mencari uang saja dan tidak tidak mencintai atau menikmati pekerjaaannya sehingga harus di motivasi terus menerus dan di monitor ketat karena mereka tidak memiliki kesadaran untuk bekerja secara 'all out'.

(3) Sarana pendukung implementasi kurang memadai.  Tidak tersedianya perlengkapan pendukung dan wajib sesuai tuntutan kegiatan terbukti menganggu kelancaran dan kualitas pelaksanaan suatu kegiatan aktifasi. Hal2 yang perlu diperhatikan adalah materi branding, sampel produk, persediaan barang untuk di jual, meja, hadiah2, sound system, lampu penerangan, alat bersih2, dlsb. 

(4) Salah memilih lokasi. Pemilihan lokasi sangat berperan dalam mensukseskan kegiatan aktifasi. Pada dasarnya kegiatan dibagi menjadi dua sesuai kemampuan dan kemauan perencana program mendatangkan pengunjung atau pelalu lalang ke lokasi: (a) yang memanfaatkan lalu lintas (traffic) pengunjung kesuatu lokasi tertentu ada atau tidak ada kegiatan yang di rencanakan (b) yang mendatangkan mengunjung secara khusus ke acara yang di rencakan. Yang tidak kalah pentingnya adalah memperhatikan akses masuk pengunjung (orang maupun kendaraan) menuju lokasi kegiatan, ketersediaan angkutan umum menuju lokasi, daya tampung lokasi, faktor keamanan serta sejarah keamanan di lokasi, fasilitas umum, kondisi alam, kondisi sosial-budaya dan ekonomi orang2 disekitar lokasi hingga ada atau tidaknya kegiatan besar lain di sekitar lokasi pada waktu yang bersamaan yang bisa mencuri perhatian orang dari kegiatan kita. 

(5) Salah memilih waktu pelaksanaan. Hari, tanggal dan jam pelaksanaan kegiatan berperan sekali terhadap tingkat keberhasilannya karena menentukan kesiapan target pengunjung untuk meluangkan waktu dan dana mereka, Pastikan kegiatan tidak berbenturan waktunya dengan kegiatan lain yang mampu mencuri perhatian target pengunjung kita. Untuk kegiatan yang dilakukan secara interval, memilih interval waktu yang tepat juga sangat penting. Pemilihan interval harus memperhitungkan daya beli dan tingkat konsumsi produk yang di promosikan.

(6) Salah memilih format kegiatan. Setiap produk maupun kegiatan memancarkan daya tariknya tersendiri. Pilih format kegiatan yang sesuai dengan karakteristik produk yang mampu mengundang perhatian target consumer sehingga mau meluangkan waktu mengunjungi lokasi kegiatan dan terlibat dengan kegiatan kita. Misalnya produk yang disasarkan ke kaum pria dewasa dari kelas sosial ekonomi C dan D lebih tertarik menghadiri kegiatan musik dangdut.

(7) Minimnya pemantauan langsung pada saat pelaksanaan. Menyerahkan implementasi sepenuhnya ke Event Organizer (EO) dengan harapan EO sudah berpengalaman dan pasti tahu apa yang harus dikerjakan  merupakan kesalahan yang sering dilakukan. Pengalaman saya melakukan aktifasi dan memperhatikan pelaksanaan aktifasi banyak perusahaan mengarahkan saya untuk menyimpulkan bahwa tidak ada EO yang betul betul  mengenal produk, budaya dan keinginan pemasar sehingga tidak banyak EO yang bisa mewakili kepentingan pemasar secara sungguh-sungguh. Kebanyakan EO bersifat permissive sehingga harus tetap di beri pengawasan melekat sebab kebanyakan EO mempekerjakan tenaga kontrak per kegiatan (projek) sehingga setiap proyek bisa jadi merupakan proyek dengan tim pelaksana yang baru atau belum memiliki pengalaman yang sesuai harapan pemasar.


Pemasar yang merencanakan kegiatan aktifasi harus mewaspadai tujuh kesalahan yang saya sebutkan diatas agar dana yang di investasikan untuk kegiatan aktifasinya betul2 memberi hasil yang sepadan sebagai bentuk pertanggung jawaban pribadi pada organisasi. Sebab kegagalan dalam pelaksanaan aktifasi akan berakibat buruk terhadap pencitraan produk atau merek padahal tugas seorang pemasar adalah membangun merek dan memastikan setiap aktifitasnya semakin mendekatkan mereknya ke posisi pencitraan yang di tetapkan.

1 komentar: