6
PILLAR MEMBANGUN MEREK
Ada banyak sekali jalan yang bisa di tempuh untuk mencapai
sukses dalam membangun merek karena kompleksitas pasar dan perilaku konsumen
yang terus bergeser sejalan dengan waktu dan kemunculan hal hal baru.
Melalui artikel ini saya mau menawarkan apa yang saya sebut
‘6 PILLAR MEMBANGUN MEREK’ yang sangat saya yakini dan selalu saya
jadikan pegangan dalam kegiatan saya membangun merek selama saya menjadi
praktisi pemasaran sejak tahun 1989. Ke 6 pillar dimaksud adalah:
1.
Mengamankan pendistribusian produk
2.
Memenangkan Top of Mind, bukan
sekedar brand awareness
3.
Memenangkan Preferensi terhadap
produk
4.
Melakukan kegiatan Promosi penjualan
secara bertanggung jawab
5.
Meningkatkan Marketing Margin dan
Marketing Profit
- MENGAMANKAN PENDISTRIBUSIAN PRODUK
Hanya bila produk tersedia di toko maka konsumen bisa
membelinya. Karena itu sebagai pemasar kita harus terus menerus memastikan
bahwa produk yang
tepat dengan kualitas yang tepat tersedia di outlet yang tepat dan di
pajang di lokasi pajang
yang tepat secara tepat pada waktu yang tepat dengan harga jual yang tepat dan dalam jumlah yang tepat. Saya menyebutnya DELAPAN KETEPATAN PENDISTRIBUSIAN PRODUK.
Produk yang tepat adalah produk yang menjawab kebutuhan atau keinginan pasar
yang di sasar. Artinya tepat secara ragam kemasan, berat
produk, variasi rasa hingga harga. Produk yang tepat memberikan manfaat
secara fungsional maupun emosional.
Outlet yang tepat maksudnya adalah (1) dimana mayoritas pelanggannya sesuai
dengan profil pelanggan yang disasar produk (2) ragam produk secara ukuran
kemasan, tipe kemasan, maupun rasa sesuai dengan kemampuan jualnya.
Kualitas yang tepat adalah yang spesifikasi nya sesuai dengan standar organisasi. Masih fresh dan sangat layak untuk di konsumsi atau di gunakan. Kita tidak harus memasarkan produk dengan standar tertinggi di pasar karena setiap tingkatan kualitas memiliki pasarnya sendiri-sendiri. Yang terpenting adalah kesesuaian dari semua variable penentu pembelian.
Kualitas yang tepat adalah yang spesifikasi nya sesuai dengan standar organisasi. Masih fresh dan sangat layak untuk di konsumsi atau di gunakan. Kita tidak harus memasarkan produk dengan standar tertinggi di pasar karena setiap tingkatan kualitas memiliki pasarnya sendiri-sendiri. Yang terpenting adalah kesesuaian dari semua variable penentu pembelian.
Lokasi Pajang yang tepat sangat menentukan peluang untuk dilihat dan dibeli. Artinya bukan sekedar memajang di ketinggian
pandangan mata orang yang di targetkan untuk membeli tetapi juga harus berada rak
utama dimana produk dengan kategori yang sama juga di pajang. Bila jumlah
barang terbatas maka utamakan pajangan di rak utama, meski harus
mengurbankan pajangan di secondary display seperti di end of gondola, di dump
bins, di check out counter, di island / floor display. Bila mampu membayar secondary
space maka pastikan memilih di lokasi yang banyak dilalui pengunjung (high
traffic area) dan mudah dilihat.
Pemajangan yang tepat akan semakin memperbesar peluang produk untuk dilihat dan
dibeli. Harus upayakan berdekatan dengan produk yang paling laku untuk
memperbesar peluang di lihat dan di beli. Pastikan mendapat slot pemajangan yang tidak lebih kecil dari pangsa pasar produk. Pemajangan yang tepat adalah yang sesuai
dengan planogram (cara pemajangan produk yang baku) yang biasanya mempertimbangkan
faktor keindahan dan kreatifitas. Juga harus memperhatikan EYE LEVEL, FRONTING, FACING, ROTATION, dan ketersediaan PRICE LABEL.
Waktu yang tepat maksudnya adalah bahwa produk harus tersedia disaat pembeli
yang di sasar berbelanja. Bila penjualan umumnya banyak terjadi di akhir pekan
maka pastikan ketersediaan produk di akhir pekan. Contoh: waktu yang paling
tepat untuk menjual payung adalah di musim penghujan, menjual susu bayi di
rumah bersalin sebagai susu no-ASI pertama yang di minum bayi agar untuk 12
bulan bahkan 36 bulan kedepan akan cenderung mengkonsumsi merek susu yang sama.
Harga yang tepat bukan selalu berarti harga yang murah atau sekedar
terjangkau. Tetapi harga yang
merefleksikan nilai pertukaran yang pantas sesuai dengan kualitas dan manfaat
yang di tawarkan produk secara keseluruhan. Untuk produk yang bersifat generic dimana
loyalitas pembeli nya rendah harga biasanya cenderung bersaing sebab merek satu
dan lainnya di anggap tidak berbeda jauh secara kualitas dan manfaatnya.
Sementara untuk produk yang bersifat unik dan terbatas jumlahnya maka harga tinggi
tidak menjadi penghambat untuk membeli karena tidak ada pembandingnya.
Jumlah yang tepat disesuaikan dengan waktu, siklus hidup produk, dan kegiatan
pemasaran produk maupun kegiatan pemasaran produk pesaing. Ketika produk mau di
promosikan secara massal maka harus pastikan produk tersedia di pasar dalam
jumlah memadai. Contohnya: menjual
biscuit kalengan menjelang hari Idul Fitri harus sudah ada di toko minimal dua
bulan sebelum hari H. Bila terlambat mengirim beresiko susah menjualnya sebab
pedagang Parcel mungkin sudah membeli produk pesaing. Bila
- MEMENANGKAN
TOP OF MIND
Hanya bila suatu produk menjadi produk yang paling di ingat pelanggan
maupun prospek (orang-orang yang mampu, mau dan berhak atau memenuhi syarat
untuk mendapatkannya) maka produk tersebut lebih berpeluang untuk di beli dan
menjadi pemimpin pasar untuk kategorinya. Top Of Mind biasanya mewakili pangsa
pasar relative suatu produk tertentu.
Produk dengan Top of Mind yang lebih tinggi biasanya memiliki pangsa pasar
yang lebih tinggi.
Cara mengukurnya sangat sederhana yaitu dengan meminta
prospek menyebutkan nama merek atau produk yang diingatnya untuk suatu kategori
tertentu. Merek atau produk pertama yang disebutkan prospek adalah yang
menjadi top of mind nya atau paling di ingatnya. Dihitung dalam satuan
prosentase terhadap total prospek yang ditanyai. Kita tinggal menghitung
berapa jumlah prospek yang menyebutkan produk atau merek kita pertama kali
diantara semua produk atau merek yang di kenalnya. Misalkan ada 5 dari 20
prospek yang menyebutkan merek tertentu pertama kali maka dihitung 5/20 atau
25%.
Setiap pemasar harus berusaha maksimal memenangkan ‘top of
mind’ alias menjadi yang paling di ingat supaya pada saat kebutuhan atau
keinginan prospek naik ke permukaan maka produk atau mereknya yang akan di
ingat bahkan dicari.
- MEMENANGKAN
PREFERENSI TERHADAP PRODUK / MEREK
Pemasar dari semua produk dengan pangsa pasar yang besar
sangat memperhatikan pentingnya distribusi dan top of mind sehingga besar
kemungkinan dimana produk kita di jual disitu juga akan di temui produk
pesaing. Lalu apa yang akan membedakan
produk kita dengan produk pesaing? Kenapa prospek harus memilih untuk membeli
produk kita di detik-detik pengambilan keputusan di outlet? Setiap pemasar
harus mampu memberi alasan kenapa prospek harus memilih produk kita.
Pemasar harus mampu mempengaruhi proses pengambiilan
keputusan dengan mempengaruhi prospek agar apa yang menjadi keunggulan
produknya menjadi prioritas utama bagi prospek dalam menentukan
pilihannya.
Kita sering mendengar istilah ‘positioning’ atau menempatkan
produk dalam map persepsi prospek. Kata kuncinya di sini adalah mengambil
tempat yang tepat dalam map persepsi prospek.
Tempat yang tepat adalah tempat yang (a) dinilai relevan (b) dinilai penting
dalam menjawab kebutuhan maupun keinginan prospek (c) dinilai merepresentasikan kepribadian atau gaya hidup
prospek. Jadi bukan sekedar menawarkan perbedaan dibandingkan pilihan atau
pesaing lainnya tetapi harus
- PROMOSI
PENJUALAN SECARA BERTANGGUNG JAWAB
Kegiatan promosi penjualan bukan suatu kegiatan yang wajib
untuk dilakukan sepanjang tahun melainkan kegiatan yang harus di lakukan secara
tepat waktu, terencana, terintegrasi, dengan tujuan yang yang jelas dan
pertimbangan yang matang. Sebab semua kegiatan pemasaran termasuk promosi
penjualan sangat memperngaruhi nilai suatu merek. Untuk membangun merek seorang pemasar harus
memperhatikan kegiatan pemaasarannya.
Pemasar harus ingat bahwa pada dasarnya kegiatan promosi
harus berdasarkan kebutuhan produk atau tuntutan persaingan. Pemasar harus berusaha
menghindari kegiatan promosi penjualan yang berimplikasi pada penurunan harga.
Hindari kegiatan promosi penjualan yang berimplikasi pada penurunan
harga terutama jangan sampai menjadi suatu kegiatan promosi yang bersifat rutin
dalam upaya mendongkrak penjualan secara periodic. Kegiatan promosi pernjualan
tidak boleh ada pola yang bisa di baca pasar karena akan membuat pasar menunda
pembelian hanya pada periode promosi saja.
Saya percaya promosi penjualan, terutama yang berimplikasi
pada penurunan harga atau mengalihkan dasar pembelian dari keunggulan produk, tidak
pernah memberi kontribusi positif terhadap upaya membangun merek secara jangka
panjang. Sebaliknya akan cenderung menjadi batu sandungan. Karenanya kegiatan trade
promotion, consumer promotion, maupun sales incentive sebaiknya di batasi.
Membangun merek harus melalui panawaran serta upaya dan
komunikasi yang konsisten, sistimatis, terencana dan terintegrasi untuk jangka waktu yang panjang dengan menekankan
pada kualitas dan keunggulan produk.
Membangun merek membutuhkan kesabaran dan mental juara dari
para penanggung jawab merek sebab membangun merek harus dimulai dengan
memperhatikan setiap fundamental agar merek kuat menahan ‘guncangan’ dalam
perjalanannya.
Godaan untuk menurunkan harga, menjual secara ‘bundled’,
memberikan hadiah untuk pembelian dalam jumlah tertentu (baik memberikan hadiah
produk yang sama atau produk lainnya) memang tidak mudah di abaikan terutama
bagi mereka yang sangat berorientasi pada menjual ,menjual dan menjual. Sebab
memang banyak prospek yang sangat reseptif terhadap berbagai bentuk promosi
penjualan. Sehingga responnya langsung bisa di ukur dengan terdongkraknya
penjualan jangka pendek.
Setiap pemasar dan pimpinan tim penjualan harus menyadari
bahwa tugas utamanya membangun merek atau nilai produk dengan memenangkan pangsa
pasar, mengamankan permintaan dan memenangkan loyalitas terhadap produk, . Bila
konsumen sudah mencari produk maka tugas untuk mendistribusikan akan mengikuti
secara otomatis.
Hindari memaksakan diri untuk memindahkan stock dari gudang
pemasar ke gudang toko atau gudang distributor kalau tidak disertai upaya
meningkatkan konsumsi yang effektif sebab hanya akan memindahkan penjualan dari
suatu periodeke periode lainnya dengan harga jual yang lebih rendah sehingga
berujung pada penurunan tingkat keuntungan bagi organisasi pemasar.
Intinya saya hanya merekomendasikan kegiatan promosi
penjualan kalau dilakukan untuk:
- Mengantisipasi peningkatan konsumsi (ada program untuk
mendongrak konsumsinya) sementara pedagang belum memiliki antusiasme yang
diharapkan
- Menyemangati pedagang yang sebelumnya sering kekosongan
barang supaya mau meningkatkan pengambilan sehingga tidak kehilangan
peluang menjual
- Menahan gerakan atau effektifitas program promosi
pesaing
Saya menilai penanggung jawab pemasaran maupun promosi
penjualan tidak bertanggung jawab dan merusak pembangunan merek apabila
kegiatan promosi penjualan dilakukan:
a. Sekedar untuk menghabiskan anggaran yang sudah di sediakan
b. Sekedar mengejar target penjualan yang berhubungan dengan
perhitungan insentif semata
c. Sekedar kegiatan rutin yang harus dilakukan untuk membeli
kedekatan dengan pedagang
d. Tanpa mempelajari secara tepat dan menyeluruh tentang
perilaku pasar (pedagang dan konsumen) sehingga dana dan banyak sumber daya
lainnya terbuang sia-sia.
Saya selalu mempertanyakan integritas pengambil keputusan
yang sangat menyukai promosi penjualan yang berimplikasi pada penurunan harga
terutama bila tidak di ikuti dengan peningkatan konsumsi terhadap produk.
- MENINGKATKAN
MARKETING MARGIN & MARKETING PROFIT
Utamanya setiap organisasi bisnis didirikan untuk
mendapatkan keuntungan setinggi mungkin secara keuangan. Terutama
mengingat banyaknya pilihan berinvestasi maka pemilik dana cenderung menilai
kalayakan atau daya tarik usahanya dengan melihat tingkat keuntungan yang di
dapat dari pilihan investasi yang ada dan harus lebih tinggi dari tingkat suku
bunga yang bisa didapatnya bila dana yang dimilikinya di simpan di bank. Bahkan
bagi investor yang menggunakan dana pinjaman maka penekanannya adalah mendapat
keuntungan diatas biaya meminjam dana dari institusi keuangan.
Untuk kepentingan jangka panjang saya lebih menekankan pada konsep
‘Marketing Margin’ ketimbang
‘Marketing Profit’.
Konsep ‘Marketing
Margin’ selalu memberi gambaran tentang prosentasi keuntungan terhadap
penjualan bersih nya sehingga menggambarkan produktifitas serta effisiensi
biaya operasional dan pemasaran suatu organisasi.
Sementara konsep ‘Marketing
Profit’ atau keuntungan setelah dipotong biaya pemasaran secara
absolute (Rupiah) bisa memberi gambaran yang salah karena menyembunyikan
kemampuan menjalankan usaha secara effisien.
Karenanya pemasar harus mengamankan baik Marketing profit
maupun Marketing Margin. Silahkan melihat table contoh dibawah ini:
Contoh:
Opsi A
|
Opsi B
|
||
Net Sales
|
1000
|
1500
|
|
Cost of Goods Sold
|
600
|
900
|
|
Gross Profit
|
400
|
600
|
|
Gross Margin
|
40%
|
40%
|
|
Marketing Expenses
|
100
|
200
|
|
Marketing Profit
|
300
|
400
|
|
Marketing Margin
|
30%
|
27%
|
Contoh diatas menjelaskan bahwa peningkatan penjualan
yang sebesar 50% (dari 1000 menjadi 1500) belum tentu merupakan opsi yang
menarik bagi penyandang dana karena berakibat pada penurunan ‘Marketing Margin’
dari 30% menjadi 27% meski ‘Marketing Profit’ meningkat dari 300 menjadi 400.
Sebab meningkatkan penjualan juga kadang berarti meningkatkan resiko tagihan
macet.
Untuk jangka pendek atau beberapa tahun setelah melansir
suatu produk baru atau saat ada kebijakan melakukan gebrakan tertentu untuk
‘membeli pasar’ atau membesarkan pangsa pasar investor kadang siap
berkurban dengan menerima tingkat keuntungan yang lebih rendah namun hal ini
tidak dapat diterima bila berkepanjangan.
- SEIMBANGKAN
KEPENTINGAN JANGKA PENDEK DAN JANGKA PANJANG
Setiap kegiatan pemasaran selalu memiliki dampak terhadap
angka penjualan dan rasio biaya. Pemasar bisa saja memutuskan untuk mengurangi
biaya pemasarannya agar ‘Marketing Margin’ nya meningkat dan tetap mendapati
penjualannya meningkat dalam jangka pendek.
Pemasar harus selalu ingat konsep ‘Top of Mind’ dan
‘Consumer Preference”. Kalau pemasar membiarkan produknya di lupakan konsumen
atau prospeknya dan berhenti berusaha mendapatkan konsumen baru maka lonceng
kematian sudah berdering. Perlahan tapi pasti produk atau mereknya akan
dilupakan pasar.
Yang harus diperhatikan adalah menjaga keseimbangan antara
kepentingan jangka pendek dan jangka panjang dengan kemampuan tarik ulur sesuai
tuntutan pasar dan sasaran organisasi.
Jangan terus menerus bicara soal masa depan sehingga terus
melakukan investasi secara tidak terkendali sebab kalau tidak bisa memberikan
keuntungan yang diharapkan pada masa sekarang maka belum tentu ada masa depan.
Sebaliknya pemasar juga jangan terlalu fokus pada upaya
mengamankan tingkat keuntungan hari ini atau jangka pendek sehingga membatasi
investasi yang betul-betul diperlukan untuk kesehatan produk atau merek. Dengan
tidak ‘menanam benih’ maka apa yang mau dipanen dikemudian hari?
Setiap pohon pasti akan menjadi tua dan berkurang buahnya.
KESIMPULAN:
Dibutuhkan kebijaksanaan, kedewasaan,
disiplin dan pengetahuan yang baik untuk bisa membangun merek secara sehat.
Pemasar harus adil terhadap kepentingan produk atau merek juga
kepentingan para stakeholders (pemegang saham, karyawan, pemasok, konsumen dan
lingkungan sekitarnya termasuk pemerintah dan masyarakat secara umum).
Jangan pernah mengutamakan kepentingan pribadinya.